“Air kencing bayi laki-laki (dibersihkan dengan) disiram/diperciki air dan air kencing bayi perempuan dicuci.” Qatadah rahimahullah berkata:” Ini kalau keduanya belum memakan makanan, sedangkan jika sudah memakan makanan maka dicuci air kencing dari keduanya.” (HR. Ahmad dalam Musnad beliau no. 563, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Syu’aib al-Arna’uth dalam Ta’liq beliau terhadap al-Musnad).
ISLAM telah merinci dengan perincian yang sangat rinci dalam masalah najis. Karena sesungguhnya najis adalah tempat-tempat di mana di dalamnya terdapat banyak sumber penyakit.
Dalam Islam pembersihan/penyucian pun bermacam-macam. Hal itu tergantung pada jenis najis dan bentuknya.
Diantara najis-najis ada yang bisa dihilangkan dan dibersihkan dengan mencucinya dengan air—dan ini kebanyakannya—atau menuangkan air di atasnya. Dan diantaranya pula ada yang dibersihkan dengan menggosoknya dengan tanah, atau dengan menghilangkan atau dengan mengubahnya ke zat lain. Dan cara-cara lainnya untuk membersihkan.
Dan Islam membagi najis menjadi dua, yaitu najis mutawasitoh (sedang) dan mukhaffah (ringan). Dan dari pembedaan dan pembagian ini ada yang berkaitan dengan pembedaaan antara air kencing bayi laki-laki—yang hanya mengonsumi ASI saja—dengan air kencing bayi perempuan.
Islam menjadikan air kencing bayi laki-laki sebagai bagian dari najis mukhaffah (ringan) dan cukup dibersihkan dengan percikan air di atasnya, sementara syari’at menjadikan air kencing bayi wanita sebagai bagian dari mutawasitoh (sedang) dan tidak sempurna cara penyucian/pembersihannya kecuali dengan mencuci sisa-sisanya dengan air.
Tentang air kencing bayi laki-laki dan perempuan, sebuah eksperimen ilmiah modern telah mengungkap rahasia di balik pembedaan antara air kencing bayi laki-laki dan bayi perempuan, dan menetapkan bahwasanya di sana ada perbedaan di antara keduanya.
Penelitian ilmiah modern –yang dilakukan di bidang ini- mengungkapkan adanya perbedaan antara urin (air kencing) bayi laki-laki dan bayi perempuan. Dan salah satu penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Ashil Muhammad Ali dan Ahmad Muhammad Shalih dari Universitas Dohuk, Irak. Dan kesimpulan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Telah selesai proses pengkajian persentase keberadaan bakteri dalam urin/air kencing bayi dalam masa menyusu dan bayi yang baru lahir, di mana mereka mengumpulkan sampel urin bayi secara acak yang berjumlah 73 bayi (35 perempuan dan 38 laki-laki). Mereka mengklasifikasikan/mengelompokkannya ke dalam empat kelompok umur; umur di bawah satu bulan, umur satu bulan sampai dua bulan, kemudian (dari dua bulan) sampai tiga bulan dan kemudian lebih dari tiga bulan dengan kemungkinan meningkatnya konsumsi makanan.
Sampel dikumpulkan dan diangkut langsung untuk diperiksa secara laboratoris dan proses terus berlanjut selama beberapa bulan, dengan mempertimbangkan kemungkinan tingkat maksimum sterilisasi dan menghindari kontaminasi.
Dan kajian tersebut menggunakan metode yang digunakan Dr. Hans Christian Gram, yang ditemukan pada tahun 1884 dalam pewarnaan bakteri (metode Gram staining), yang mana warna ungu menunjukkan bakteri Gram positif dan warna merah untuk negative. Semua sampel yang diuji dengan memilih bidang bakteri mikroskopis untuk menghitung jumlah bakteri dengan menggunakan standar pembesaraan 100 kali lipat. Dan ditemukan bahwa semua Gram negatif, dan diklasifikasikan bahwa ia masuk sebagai bakteri Escherichia Coli.
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Pertama: Pada kelompok usia nol sampai 30 hari, prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan 95,44% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 41,9 sedangkan pada bidang yang sama untuk bayi laki-laki hanya berjumlah 2 saja.
Kedua: Pada kelompok umur (dari satu bulan sampai dua bulan) prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan 91,48% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 24,1 sementara jumlah dalam bayi laki-laki hanya 2,25.
Ketiga: Pada kelompok usia 2-3 bulan, prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan 93,69% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 24,1 sementara jumlah pada kasus bayi laki-laki hanya 1,6.
Keempat: Pada kelompok usia lebih dari 3 bulan, prosentase bakteri dalam urin bayi perempuan 69% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan 13,9 sementara dalam kasus urin bayi laki-laki jumlahnya 6,8.
Dan di antara perbandingan di antara jenis yang sama kita cermati bahwa prosentase jumlah bakteri pada perempuan (urin bayi perempuan) terus menurun dengan bertambahnya usia, di mana prosentase tersebut pada kelompok usia kurang dari satu bulan adalah 41,9.
Sedangkan pada kelompok usia di atas tiga bulan kita cermati bahwa prosentasenya turun menjadi 13,9 bertolak belakang dengan apa yang diamati pada laki-laki. Di mana prosentase bakteri dalam kelompok usia kurang dari dua bulan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang ada pada kelompok usia di atas tiga bulan ( yaitu 6,8).
Dan disimpulkan dari hal ini bahwa prosentase bakteri pada perempuan adalah tinggi sejak hari-hari awal usianya, tanpa melihat perkembangan usia dan terlepas dari apakah ia sudah mulai mengonsumsi makanan atau tidak. Adapun laki-laki maka keberadaan bakteri jauh lebih rendah pada hari-hari pertama usianya.
Dan prosentase ini mulai meningkat secara bertahap dengan berlalunya waktu, terutama ketika melewati bulan ketiga dari usianya, yang mana meningkatnya kemungkinan mulai peningkatan prosentase tersebut dengan mengonsumsi makanan. [nooran]
0 komentar:
Posting Komentar