Pernah melihat lebah dalam pesawat yang Anda tumpangi? Penelitian terbaru mengatakan serangga mampu terbang tinggi guna menempuh perjalanan panjang.
Para peneliti menangkap enam lebah jantan Bumlebee yang hidup di ketinggian 3.250 meter di atas permukaan laut di Sinchua, Cina dan menempatkan mereka dalam tabung kaca. Para peneliti perlahan mengurangi udara dalam tabung sebagai simulasi kondisi atmosfer pada ketinggian.
Hanya satu lebah yang gagal terbang di ketinggian 8.000 meter. Bahkan dua ekor lebah mampu terbang pada ketinggian 9.000 meter, 100 meter lebih tinggi dari Puncak Everest.
Apa yang membuat mereka sukses? Penelitian yang dimuat dalam Biology Letters 4 Februari lalu mengungkap lebah yang terbang di ketinggian tertinggi mengepakkan sayapnya lebih sering dari lebah yang terbang pada ketinggian rendah, walau mereka mengalami peningkatan 'amplitudo stroke'.
The bumblebees were found to increase the maximum angle at which they flapped their wings, while keeping the same beat frequency. Forces produced by flapping wings are directly proportional to air density so organisms experience drastic reductions in lift forces in this environment
Lebar-lebah itu memperlebar rentang kepakan sayap mereka dengan mengepakkan lebih ke belakang atau lebih ke depan sebagai ganti kurangnya suplai tekanan udara.
By comparison, Mount Everest's peak, pictured, is at 8,848m (29,000ft) above sea level and its summit is considered to be the limit of human endurance. To reach these heights, the bees increased the angle at which they flapped their wings, while keeping the same beat frequency
Lebah betina, memiliki sayap lebih kecil sehingga rentang kepakkan sayapnya pun lebih kecil, ternyata tak berbeda dari lebah jantan saat harus terbang di ketinggian.
Sumber: @atjehcyber — http://web.atjehcyber.net/2014/02/lebah-bumblebee-sanggup-terbang-lebih.html#ixzz2skbzZleO
0 komentar:
Posting Komentar