LAUT rupanya banyak menyimpan misteri, bahkan ketika itu segitiga bermuda begitu sangat populer, belum lagi fenomena air tawar yang berdampingan dengan air laut asin, atau tentang gelombang Tsunami, lebih ekstrim lagi mitos laut selatan. Dan semua itu lagi-lagi berkenaan dengan laut.
Dahulu, sebelum Abad 18 Masehi, pengetahun tentang laut masih dianggap tabu, misterius dalam wawasan manusia, sekedar bisa selamat dari pelayaran dan mendapat hasil buruan dari laut tanpa mara bahaya hingga ke darat menjadi hal yang sangat dusyukuri, bahkan tidak jarang terdapat bayak khurafat, mitos-mitos yang menyimpang mengenai Laut, seperti yang diimani oleh pradaban Mesir, Romawai, dan Yunani. Seperi keyakinan bahwa ombak merupakan gelombang dari kuda-kuda putih yang menarik kereta dewa Napiton.
Ketika memasuki awal Abad ke 18 saat kecanggihan perlengkapan menyelam mulai tersedia dan dikembangkan, hingga tahun 1985 (yaitu setelah tiga abad berlalu sejak dimulainya riset penelitian yang padat dan mendalam mengenai Laut yang diteruskan oleh beberapa generasi Ilmuan oseanologi (kelautan)) maka sampailah manusia kepada beberapa kesimpulan riset Ilmiah, diantaranya:
1) Laut terbagi menjadi dua bagian utama:
A – Laut bagian permukaan (dangkal) yang dijangkau oleh kekuatan matahari dan sinarnya.
B – laut bagian dalam yang hampir lenyap kekuatan matahari dan sinarnya.
2) Terdapat perbedaan antara laut bagian dalam dan dangkal dari segi kepadatan temperatur, tekanan, tingkat pencahayaan matahari, dan organisme yang hidup di bagian masing-masing yang terpisah oleh gelombang internal.
3) Adanya ombak (gelombang) di bagian dalam laut (Internal Wave), gelombang internal menutupi laut bagian dalam layaknya pembatas yang memisahkan antara laut bagian dalam dan dangkal, seperti halnya ombak di permukaan memisahkan antara udarah dan laut. Misteri mengenai `Internal Wave` ini belum terungkap hingga pada tahun 1903 Masehi.
Adapun rentang panjang gelombang internal berkisar antara puluhan hingga ratusan kilometer yang bertinggikan antara 10 sampai 100 meter.
Namun dalam beberapa decade terakhir, negara-negara yang terbilang maju seperti Jepang tengah merancang pembangkit listrik lewat tenaga gelombang ombak Laut. Tetapi sayangnya pengembangan teknologi tersebut kurang mendapat respons, hingga pada tahun 1973, dimana dunia tengah dilanda krisis minyak maka konsep `pembangkit tenaga listrik gelombang laut` kembali dikembangkan. Pemberdayaan energy tersebut memicu penemuan adanya gelombang Dalam laut (Internal Wave) pada tahun 2007 yang dipopularkan dalam salah satu surat kabar online yang mereka sebut sebagai `Kelvin waves`, yang pada hakekatnya fenomen tersebut sebelumnya sudah dikaji oleh beberapa Ilmuan oseanologi (kelautan) seperti Doktor V.W Ekman pada tahun 1904.
Beranjak dari pentingya pemberdayaan energi tersebut maka ilmuwan mengolongkan energi gelombang laut termasuk dari salah satu sumber utama energi terbarukan, tapi disisi lain penemuan tersebut justru menujukkan keterlambatan dan kelambanan para Ilmuwan serta Ilmu pengetahuan Modern tatkala dihadapankan dengan Wahyu Ilahi yang diturunkan jauh sebelum 14 Abad di jantung padang pasir yang primitive.
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (Al Qur’an, 24: 40).(islampos)
0 komentar:
Posting Komentar