Home » » Mantan Budak Jadi Milyarder, Lalu Masuk Surga

Mantan Budak Jadi Milyarder, Lalu Masuk Surga

Written By learnforex on Jumat, 20 September 2013 | 23.32

Setiap muslim selayaknya beraspirasi dan bersemangat mengejar ridha ALLAH untuk kembali ke surga. Surga bukanlah sesuatu fatamorgana. Surga adalah janji ALLAH yang haqq, yang pasti benar. Salah satu kisah menarik dalam meraih surga, adalah kisah bersejarah dalam lembaran emas Islam tentang sahabat Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam, bernama Shuhaib ar-Rumi radhiyaLLAHu’anhu.

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu Kecil Tertangkap Romawi dan Menjadi Budak
Shuhaib ar-Rumi radhiyaLLAHu’anhu kecil adalah anak Iraq yang tampan. Rambutnya kemerah-merahan, ia sangat aktif, tajam sorot matanya, cerdas dan cerdik. Ia juga anak yang periang, tangkas, menyenangkan dan selalu membahagiakan ayahnya. Suatu hari, Ibu Shuhaib kecil bersama Shuhaib pergi ke daerah bernama ats-Tsaniy. Tiba-tiba di sana, mereka disergap oleh pasukan-pasukan Romawi. Hingga dirampaslah harta mereka dan ditawan. Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu kecil termasuk yang tertawan oleh Romawi.

Ringkas cerita Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu kecil diperjual belikan dari satu pasar budak ke pasar budak yang lain di wilayah Romawi. Hidup beliau begitu susah sebagai seorang budak. Ia diperjual belikan dan bekerja sebagai budak dari majikan satu ke majikan yang lain. Tetapi dengan kecerdasannya, kehidupan Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu kecil di tengah masyarakat Romawi memberinya suatu kesempatan untuk mempelajari kebathilan yang terjadi di masyarakat Romawi saat itu. Ia melihat apa saja perbuatan keji, zalim, dan dosa yang diperbuat masyarakat Romawi, hingga ia sangat membeci kondisi itu.

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu kecil tumbuh menjadi dewasa dalam kehidupannya sebagai budak. Walau telah belasan tahun hidup sebagai budak Romawi dan hampir lupa bahasa Arab, tetapi dia tetap meyakini ia suatu hari akan membebaskan dirinya dari perbudakan dan dapat bertemu lagi dengan bangsanya.

Mendengar Bahwa Akan Muncul Seorang Nabi di Jazirah Arab

Suatu ketika ia mendengar dari seorang tokoh agama Nasrani yang berbicara kepada majikannya:

“Sungguh telah dekat masa keluarnya seorang nabi di Jizarah Arab, yang risalahnya membenarkan risalah Isa bin Maryam, dan mampu mengluarkan manusia dari kezhaliman dan kegelapan ke arah cahaya kebenaran.”

Mendengar hal tersebut, Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu mencari kesempatan melarikan diri dari perbudakan yang dialaminya. Kesempatan itu tiba dan dia pergi menuju Mekkah, yang ia anggap sebagai tempat kembalinya ke bangsanya bangsa Arab, sekaligus sebagai pusat jazirah Arab tempat diutusnya Nabi yang telah dekat masa kenabiannya.

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu Sukses Jadi Milyarder Kaya, Tapi Rindu Nabi

Setibanya di Mekah, Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu dijuluki oleh warga setempat sebagai Shuhaib ar-Rumi, atau Shuhaib si Romawi, karena susahnya lidahnya bicara bahasa Arab, sekaligus karena rambut pirangnya. Lalu Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu membuat satu kesepakatan bisnis dengan seorang pembesar Mekah, Abdullah bin Jad’an, di mana ia lalu bekerja sebagai pedagang. Singkat cerita ia menjadi sangat sukses kaya raya dengan perdagangannya dan hidup dengan nikmat.

Namun di sela kenikmatan hidupnya sebagai pedagang kaya raya, Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu masih terngiang-ngiang ucapan pendeta Nashrani yang pernah ia dengar sewaktu ia menjadi budak dahulu, “…Sungguh telah dekat masa keluarnya seorang nabi di Jizarah Arab….“. Ia selalu bertanya-tanya dalam hatinya, “Kapankah itu terjadi?”

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu Mendengar Diutusnya Nabi Muhammad shallallahu’alayhi wassalam

Ternyata saat itu tak lama tiba, Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu mendengar kabar bahwa seseorang bernama Muhammad bin Abdullah telah diutus sebagai Nabi. Ia mengajak manusia untuk beriman kepada ALLAH semata, bersikap adil, berbuat ma’ruf, serta melarang perbuatan keji dan munkar.

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu bertanya kepada temannya, “Di manakah tempat tinggalnya (Nabi Muhammad shallallahu’alayhi wassalam)?” Temannya menjawab, “Beliau kini ada di rumah Al-Arqam bin Abi al-Arqam radhiyaLLAHu’anhu, tepatnya di bukit Shafa… Tetapi kamu harus hati-hati, sebab jika Quraisy melihatmua, mereka pasti akan menyiksamu. Terlebih kamu adalah orang asing di sini dan tak ada satu sukupun yang dapat melindungimu, dan tiada satu keluargapun yang dapat menolongmu.”

Akhirnya Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu berangkat dengan berhati-hati ke rumah al-Arqam radhiyaLLAHu’anhu, untuk menemui Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam. Di depan rumah al-Arqam, ia mendapati sahabat ‘Ammar bin Yasir radhiyaLLAHu’anhu ada di depan pintu rumah tersebut. Mereka lalu bersama-sama masuk dan menemui Rasulullah shallallahu;alayhi wassalam.

Keduanya kemudian mendengar apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam, dan keduanya kemudian bersaksi bahwa, “tidak ada yang berhak disembah kecuali ALLAH dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba ALLAH dan utusan-NYA.”

Hari-hari berikutnya, Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu mengisi kehidupannya berada di sisi Nabi shallallahu’alayhi wassalam guna menyelami petunjuk-petunjuk Nabi dan menikmati indahnya bersahabat dengan beliau.

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu Disiksa Karena Imannya

Iman Shuhaib  radhiyaLLAHu’anhu diuji dengan siksaan oleh kafir Quraisy yang sangat keras. Beliau disiksa bersama Bilal r.a, ‘Ammar bin Yasir r.a, Sumayyah r.a, Khabbab r.a, dan sahabat-sahabat lain yang berjumlah puluhan dari kalangan mu’min.

Penyiksaan yang keras dari Quraisy itu sangat keras yang jika ditimpakan ke gunung niscaya dapat menghancurkannya. Tetapi mereka jalani rintangan tersebut dengan jiwa tenang dan penuh kesabaran, sebab mereka tahu jalan menuju surga itu dipenuhi dan diselimuti hal-hal yang tak disukai.

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu Melepaskan Seluruh Hartanya Untuk Hijrah

Ketika Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam mengidzinkan para sahabat untuk hijrah ke Madinah, demikian pula Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu bertekad untuk bisa menjadi teman Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam dan Abu Bakar radhiyaLLAHu’anhu dalam hijrahnya. Tapi niat Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu ini diketahui oleh Quraisy.

Maka Quraisy mengamat-amatinya setiap saat. Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu mengetahui bahwa ia diawasi. Maka pada suatu malam, ia berpura-pura bolak balik ke tempat buang air, dan siasat ini berhasil. Sebagian kafir Quraisy yang mengintai Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu kemudian pergi tidur. Akhirnya, Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu berhasil menyelinap dan pergi meninggalkan Makkah.

Tetapi belum jauh, para penjaga Quraisy itu tahu bahwa Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu telah melarikan diri. Maka mereka mengejarnya. Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu lalu pergi ke tempat tinggi dan bersiap hendak memanahi mereka, lalu Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu berkata, “Demi ALLAH, kalian jangan sampai berusaha mendekat kepadaku, pasti aku akan bunuh kalian dengan anak panahku satu per satu, kemudian aku penggal leher kalian dengan pedangku, jika tak tersisa satupun anak panah yang ada di sarungnya.”

Orang-orang Quraisy menjawab, “Demi ALLAH, kami tak akan melepaskanmu baik jiwa dan hartamu, sebab dulu kamu datang ke Mekkah dalam keadaan lemah dan fakir, kemudian kamu menjadi hartawan sampai sekarang ini.”

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu berkata, “Bagaimana jika aku tinggalkan harta itu untuk kalian, apakah kalian akan melepaskanku dari cengkeraman kalian?”. Kafir Quraisy para pencinta dunya itu menjawab, “Ya.”.

Maka Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu kembali ke rumah mereka bersama kuffar Quraisy itu, ia menunjukkan tempat penyimpanan hartanya di Mekkah. Selepas itu ia bergerak cepat menuju Madinah dalam rangka menyelamatkan Diin-nya dan memenuhi panggilan ALLAH, tanpa bersedih hati dengan harta yang dikumpulkan sepanjang umurnya, kemudian di-infaq-kannya untuk kepentingan hijrah.

Perjalanan Mekkah-Madinah yang cukup jauh menimbulkan rasa lelah dan penat. Tapi kerinduan Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu kepada Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam begitu besar dan membangkitkan semangatnya kembali untuk melanjutkan perjalanannya.

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu tiba di Quba’ dan bertemu Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam

Ketika sampai di Quba’, Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam melihat Shuhaib ar-Rumi radhiyaLLAHu’anhu, dan beliau menyambutnya dengan hangat seraya bersabda, “Sungguh perdaganganmu memperoleh keuntungan, yaa Abu Yahya, sungguh perdaganganmu memperoleh keuntungan.” Beliau mengulangi sabdanya hingga tiga kali, hingga kebahagiaan memancar dari wajah Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu yang tampan.

Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu berkata, “Demi ALLAH, tiada seorang pun yang mendahuluiku bertemu degnanmu, yaa Rasulullah, dan tiada seorang pun yang memberitahumu, kecuali Jibril.”

Kisah perjuangan Shuhaib ar-Rumi radhiyaLLAHu’anhu ini diabadikan ALLAH subhanahu wa ta’ala dalam Surat Al-Baqarah 207 yang artinya, “Dan di antara manusia ada orang yang menorbankan dirinya karena mencari keridhaan ALLAH; dan ALLAH Maha Penyantun kepada hamba-hamba-NYA.”

Pelajaran Dari Kisah Sahabat Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu

Bahwa harta kekayaan yang berlimpah ruah, itu tak berarti bila dibandingkan dengan memperoleh kemenangan yaitu ridha ALLAH serta masuk surga. Hal ini dibuktikan Shuhaib radhiyaLLAHu’anhu, yang merelakan melepas semua hartanya, asalkan ia bisa hijrah memenuhi perintah Rasulullah shallallahu’alayhi wassalam.

Apakah kita rela kehilangan seluruh harta kita untuk meraih surga? Mengikuti jejak sahabat Shuhaib ar-Rumi radhiyaLLAHu’anhu, semestinya kita mulai mengubah orientasi berfikir dan bekerja kita. Tak hanya selalu dunya, karena itu akan mengorbankan akhirat kita. Cobalah kita kejar persiapan untuk akhirat kita dan ingatlah bahwa setiap saat kita bisa masuk kubur, pos pertama menuju akhirat.

Semoga ALLAH subhanahu wa ta’ala memberi kita tawfiq agar dapat meneladani pengorbanan sahabat Shuhaib ar-Rumi radhiyaLLAHu’anhu. aamiin.

Wallahu’alam.

Disadur dari “Sirah Sahabat” karya Dr Abdurrahman Ra’fat al-Basya

0 komentar:

Posting Komentar