- Termasuk aktor paling gencar dan menonjol melakukan perbuatan dosa, kejahatan, dan pengrusakan.
- Penentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abdullah bin Unais kepadanya lantas ia membunuhnya.
Mereka tidak terikat melainkan dengan tali kefajiran, menumpahkan darah, merampas harta, merusak kehormatan, berperilaku jelek dan pemilik maksud dan tujuan-tujuan yang paling buruk.
Siapakah Mereka?
Agar semakin jelas gambaran kelompok yang jahat lagi buruk dari Hudzail, Lihyan, dan orang-orang perusak dari kalangan Arab ini, maka dengarkanlah perkataan penyair Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Hassan bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu yang menggambarkan mereka:
Seandainya keburukan diciptakan sebagai manusia yang mengajak mereka bicara niscaya ia datang menjadi orang terbaik di antara mereka. Terlihat tanda keburukan di mata mereka bagaikan tanda karena tapak keledai betina. Kuburan menangis apabila tidak ada yang mati dari mereka hingga ia berteriak pada orang yang ada di bumi saat kiamat. Sebagaimana landak malu apabila ia dikagetkan, ia sembunyi di siang hari dan tampak berjalan saat malam hari.
Adapun mengenai bejatnya kekufuran, kecintaan mereka kepada perkara yang jelek, dan kelancangan mereka melakukan kehinaan dan kekejian tanpa malu, tersebut bahwa Hudzail meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala mereka akan memeluk Isam, agar dihalalkan bagi mereka berbuat zina, mereka tidak melihat perkara zina sebagai perkara yang keji, perbuatan jelek mereka menutupi amalan mereka. Hassan bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu berkata dalam mencela dan mencerca mereka karena hal itu:
Hudzail meminta izin melakukan perbuatan keji kepada Rasulullah. Dia sesat dan menyimpang dengan permintaannya itu. Mereka meminta kepada Rasul apa yang tidak akan Beliau berikan. Hingga mati dan mereka adalah orang-orang Arab yang tercela. Selamanya tidak akan pernah engkau lihat Hudzail seorang penyeru yang menyeru kehormatan jauh dari hal negatif. Mereka mengharapkan kecelakaan dari kekejian itu, mereka meminta sesuatu yang diharamkan dalam Alquran.
Kejelekan serta berbagai kerendahan Sufyan bin Khalid aI-Hudzali, dijadikan umpan untuk menarik setiap orang kafir yang menentang, yang sangat enggan melakukan kebajikan, dan melanggar batas. Dia memilih orang-orang pinggiran dari Bani Lihyan dan yang lainnya. Alangkah bagusnya perkataan Hassan:
Celakalah bagi Lihyan di setiap keadaan Mereka disebutkan dalam Alquran sebagai penyebab kerusakan.
Karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berencana untuk mendatangi orang yang kaku lagi kasar dan bejat ini dengan tiba-tiba, diluar perhitungan dan rencana mereka, agar Beliau menumpasnya lebih awal. Lalu apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?!
Orang yang Mengorbankan Dirinya dengan Berani
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpikir mengenai sarana yang dapat membinasakan orang yang sombong itu, yakni Sufyan bin Khalid. Hal ini dilakukan sebelum bertambah kesombongannya, menyebar bahayanya, dan meluas anggotanya yang terdiri dari para setan yang berdosa di kalangan Arab dan yang terkucil dari mereka, maka Beliau mendapati bahwa pahlawan yang berani adalah Abdullah bin Unais al-Anshari al-Juhani, dialah orang yang mengemban pengorbanan amat besar dalam sejarah Anshar dan dialah yang menghabisi Sufyan bin Khalid al-Hudzali.
Abdullah bin Unais termasuk orang yang langka dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal keberanian, kepahlawanan, dan ketangkasan. Dia tidak takut mati dalam menghadapi musuh.
Abdullah bin Unais tergolong orang yang dikenal oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan keberanian dan kepemimpinannya di garis depan, pahlawan juga Sang Pembela.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menugaskannya tatkala Beliau melihat tidak seorang pun dari para pahlawan di kalangan sahabat radhiyallahu ‘anhu yang bisa pantas mengembannya selainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia yang paling tahu tentang keadaan juga tingkat kepahlawanan para sahabatnya, demikian pula paling tahu akan keberanian mereka menghadapi maut di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu sebagai bukti dalam memenuhi perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila Beliau menyeru mereka kepada kehidupan yang kekal selamanya.
Bagaimana Ciri-Cirinya Wahai Rasulullah?
Abdullah bin Unais tidak ragu dalam menjalankan tugas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi dia tidak mengetahui lelaki yang dimaksud, yaitu Sufyan bin Khalid al-Hudzali. Maka dia bertanya dengan penuh etika dan pengagungan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bagaimana ciri-cirinya Wahai Rasulullah?”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apabila melihatnya, engkau takut kepadanya dan berusaha untuk menghindarinya, kau dapati dia mengagetkan dan mengingatkanmu akan setan.”
Sifat apa ini?! Benar-benar sifat yang menakutkan dan menciutkan, mencabut jantung dari sela-sela tulang rusuk orang yang mendengarnya. Membuat takut pahlawan paling berani dan paling cekatan untuk maju menghadapi si Kafir yang menyerupai setan itu.
Tatkala sang pembela, Abdullah bin Unais bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ciri Sufyan bin Khalid, Beliau pun menggambarkannya dengan benar, selaksa setan yang amat jahat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mensifati seseorang yang memusuhi Islam seperti Beliau mensifatinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh Abdullah bin Unais untuk membunuh Sufyan bin Khalid –semoga Allah menghinakannya- secara rahasia, sehingga berita itu tidak terdengar oleh Sufyan yang menjadikan dia bersiap-siap, akhirnya kesempatan kaum muslimin untuk membunuhnya menjadi lenyap.
Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu seorang pahlawan pemberani, hatinya lapang, tidak takut mati. Dia tidak takut bertemu musuh di medan pertempuran atau peperangan. Karena itulah pilihan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dijatuhkan padanya, Beliau memberi tahu ciri Sufyan dengan rinci seraya memberi peringatan kepadanya:
“Apabila engkau melihatnya engkau takut kepadanya dan berusaha menghindarinya, engkau mendapatinya me-ngagetkan dan mengingatkanmu akan setan.”
Abdullah bin Unais berkata dengan penuh etika dan keberanian, “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah kabur sekali pun.” Diriwayatkan pula, “Wahai Rasulullah, demi yang mengutusmu dengan hak, aku tidak takut pada sesuatu pun.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “ltulah tanda antara engkau dengannya.” Untuk menambah peringatan sang pahlawan pemberani Abdullah bin Unais terhadapnya, memompa kemauan kuatnya serta menanamkan dalam dirinya benih keberanian.
Gambaran dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pribadi yang sombong dan berdosa ini menunjukkan bahwa dia telah sampai pada penampilan yang amat jelek dan buram, tidak enak dipandang, kepribadian yang ganas, sifat yang buruk, jiwa yang rendah hingga sejajar dengan pemimpin para setan yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai contoh yang paling jelek dan pemandangan paling buruk.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menempelkan dosa, kejelekan dan peman-dangan yang buruk pada Sufyan bin Khalid. Suatu hal yang menjadikan orang yang melihatnya takut, menggetarkan kaum lelaki yang paling berani dan paling agresif.
Maha Benar Allah dan Rasul-Nya
Setelah Abdullah bin Unais mengetahui tugasnya dan mempelajari keadaan musuh yang akan dihadapinya, dia keluar mencarinya sendirian. Tidak seorangpun bersamanya melainkan pedang. Dia tidak mengetahui ciri si Jahat Sufyan bin Khalid melainkan apa yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abdullah berjalan menuju sasarannya, dia bertanya pada orang yang ditemuinya di jalan tentang Sufyan bin Khalid agar dia bertemu dengannya. Tatkala Abdullah sampai di tempat tinggal Sufyan, yang mengumpulkan kaum jahat lagi fakir di daerah ‘Uranah. Abdullah berjumpa dengan sekumpulan perusak lagi jahat. Dia mendapati gerombolan orang berjalan di belakang Sufyan dan pengikutnya-pengikutnya dari para durjana.
Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu berkata tatkala pandangannya tertuju pada si Bejat Sufyan bin Khalid al-Hudzali:
Tatkala aku melihatnya diriku merasa ciut, aku teringat dengan ciri yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapnya, aku merasakan perasaan gemetar seperti dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keringat mengucur.
Aku bergumam, “Maha benar Allah dan RasuI-Nya.” Lantas aku menemuinya, aku takut terjadi pertarungan antara diriku dengan dirinya hingga melalaikanku dari shalat. Maka aku melakukan shalat seraya berjalan menuju ke tempatnya dengan isyarat kepala yang menandakan ruku’ dan sujud? Tatkala aku dekat darinya dia berkata, “Dari mana lelaki ini?”
Aku menjawab, “Dari Khuza’ah, aku mendengar engkau mengumpulkan orang untuk memusuhi Muhammad, aku mendatangimu untuk bergabung.’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan kepada Abdullah bin Unais, “Nisbatkanlah dirimu kepada Khuza’ah.”
Ibnu Nubaih berkata dengan sikap arogan dan sombong, “Benar, sesungguhnya dia sedang mengumpulkan orang untuknya.”
Abdullah bin Unais berkata, “Aku berjalan bersamanya, aku mengajaknya bicara dan dia terkesan dengan pembicaraanku serta aku membacakan syair untuknya.” Abdullah bin Unais terhitung salah seorang penyair di kalangan sahabat.
Perlu diingat bahwa Abdullah bin Unais telah meminta izin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berkata dengan syair dan Taurat serta dialek pembicaraan yang diterima dan menenangkan si Fajir yang sombong Sufyan bin Khalid hingga dia tidak meragukan Abdullah, atau dia akan merasa ragu dan sangsi akan kedatangannya. Sehingga dia dapat menyakinkan lelaki jahat itu bahwa dia mendatanginya untuk bergabung dengan kelom-poknya yang ganas.
Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu berkata saat sedang memaparkan pembicaraannya kepada Sufyan agar pujiannya diterima,
“Sungguh aneh apa yang dilakukan Muhammad dengan agama baru ini, dia menyelisihi nenek moyang dan membodohkan pe-mikiran mereka.”
Sufyan berkata memuji kalimat Abdullah bin Unais dan dia telah tersanjung, “Sesungguhnya dia –maksudnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidak bertemu dengan orang yang selevel denganku.”
Inilah hakekat yang menunjukkan mukjizat kenabian, kalimat ini diucapkan oleh orang yang sombong lagi hina, bahwa tidak ada yang menyerupainya, orang yang sangat rendah, hina dan penuh dengan dosa. Sungguh benar Rasulullah, dia menyifatinya persis dengan fakta.
Bagaimana Terbunuhnya Thaghut Ini
Bukan hal yang gampang bagi Abdullah bin Unais untuk membunuh si Jahat, melainkan dengan menghadirkan keberanian dan hikmah. Abdullah bin Unais menggambarkan Sufyan bin Khalid dengan mengatakan: Tatkala dia berjalan dengan tongkat seolah-olah dia mengguncang bumi.
Kalau begitu, hikmah disini menuntut ketenangan dan sandiwara unik. Abdullah berjalan bersama lelaki jahat yang kesetanan ini, langkahnya seakan mengguncang bumi dikarenakan berat pijakan, juga sifat sombongnya, Abdullah berjalan bersamanya sambil bercakap-cakap hingga sampai ke tempat persembunyian, kawan-kawannya berpencar ke rumah yang dekat disekelilingnya, mereka mengelilinginya. Saat itu dia bet-kata kepada Abdullah bin Unais, “Kemarilah wahai saudaraku dari Khuza’ah.”
Aku mendekatinya, dia menyodorkan padaku gelas agar aku meminum susu. Lantas aku meminumnya kemudian aku kembalikan kepadanya, maka dia mengisinya seperti mengisi unta. Kemudian dia berkata, “Duduklah.” Aku pun duduk bersamanya hingga malam tiba untuk menyelimuti kehidupan dengan kegelapan, sunyilah kebisingan orang-orang jahat disekitarnya dan mereka pun tidur. Aku pun menunggu hingga dia tertidur nyenyak, kemudian aku pun. mengambil kesempatan saat dia lalai dengan mengayunkan pedang, lantas aku membunuhnya dan kubawa kepalanya dan kutinggalkan para wanitanya menangis.
Kemudian aku menuju ke gunung dan mendakinya, lantas aku masuk ke sebuah gua. Orang-orang berkuda mencari sedang aku bersembunyi di gua, satang laba-laba menutupi gua. Seseorang datang di mulut goa dengan membawa kendi yang besar dia memegang kedua sandalnya –sedangkan aku tidak beralas kaki-, maka orang itu meletakkan sandal dan kendinya kemudian duduk di pintunya, lantas berkata pada teman-temannya, “Di gua tidak ada seorang pun, selanjutnya mereka bubar pulang.”
Aku merasa sangat kehausan, aku keluar dan meminum apa yang di kendi lalu mengambil kedua sandal dan memakainya, aku pun berjalan di malam hari dan bersembunyi di slang hari hingga sampai ke Madinah. Maka kudapati Rasulullah di Masjid, tatkala Beliau melihatku Beliau menyapa, “Alangkah beruntungnya wajahmu.”
Aku menimpali, “Sungguh beruntung wajahmu wahai Rasulullah, aku telah membunuhnya.”
Beliau menjawab, “Engkau benar.”
Kemudian kuletakkan kepala lelaki jelek itu di depan Rasulullah dan kuceritakan apa yang kualami. Beliau menjulurkan tongkat itu kepadaku seraya bersabda, “Pakailah tongkat ini di surga, sesungguhnya orang-orang yang memakai tongkat di surga amat sedikit.”
Tongkat barakah ini selalu dipegang Abdullah bin Unais hingga tatkala ia meninggal tahun 54 H, dia berwasiat agar tongkatnya disisipkan di kain kafannya, maka mereka pun melakukannya dan ia dikubur bersamanya.
Terbunuhnya Sufyan bin Khalid bin Nubaih di tahun keempat Hijriah. Musa bin ‘Uqbah berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan para sahabatnya mengenai Abdullah bin Unais yang membunuh Sufyan bin Khalid, sebelum kedatangan Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu. Ini menunjukkan kenabiannya, berkenaan dengan hal ini Abdullah bin Unais telah mengarang syair berikut:
Aku tinggalkan anak sapi seperti anak unta, sedangkan di sekitarnya orang-orang berteriak sambil menyobek saku berkeping-keping. Aku menebasnya sedangkan kambing di belakangku dan di belakangnya, dengan pedang Muhammad yang lebih putih dari cairan besi. Dia menebas kepala seakan-akan kobaran api yang menyala dikarenakan ada yang menyulutnya. Aku berkata kepadanya, Bunuhlah ia dengan sabetan orang yang agung, bersih lurus di atas agama Nabi Muhammad. Kebiasaanku apabila mendapati Nabi mengeluh tentang orang kafir, aku bersegera mendahuluinya dengan peang dan tangan.
Demikianlah Abdullah bin Unais menghabisi pemimpin orang kafir, Sufyan bin Khalid aI-Hudzali. Dia menumpas kelompok Sufyan bin Khalid –semoga dilaknat Allah- yang berhak mendapat Neraka karena dosanya dan ia merupakan seburuk-buruk tempat, walhasil Allah telah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan dengan mereka.
Dia Masuk Neraka dan Kekal di Dalamnya
Sufyan bin Khalid bin Nabih aI-Hudzali sang lelaki yang penuh dosa termasuk salah seorang yang jahat hidup di masa kenabian, yang melarang, memusuhi, merintangi dan menyelisihi Allah dan Rasul-Nya. Mereka menyembunyikan depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bekerja untuk meruntuhkan dakwah Islam dengan berbagai cara, Allah menghinakan mereka, mencelakakan dan melaknat mereka serta menjadikan neraka tempat kembali mereka, kekal di dalamnya sebagai imbalan atas perbuatan tangan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan balasan bagi orang yang berusaha berbuat kerusakan di muka bumi atau menjadi penyebab kerusakan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan RasuI-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik [memotong tangan kanan dan kaki kiri, dan kalau melakukan lagi, maka dipotong tangan kiri dan kaki kahan. Atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka peroleh siksaan yang besar.” (QS. AI-Maa’idah: 33)
Sufyan bin Khalid aI-Hudzali termasuk salah seorang .ang memerangi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan permusuhannya terhadap Rasul-Nya yang mulia, tidak memeluk Islam dan tidak menerima agama yang benar. Akan tetapi dia mengumpulkan orang-orang fasiq disekitarnya, orang-orang murtad serta para penentang yang seakan dapat meruntuhkan gunung. Mereka berusaha merampas jiwa, darah dan harta kaum muslimin di Madinah sedapat mungkin jika ada jalan.
Sufyan merupakan pemimpin mereka dan pelopor per-buatan itu, maka dia berhak mendapat kehinaan di dunia, adapun di akhirat, tempat kembalinya adalah Neraka yang di dalamnya dia tidak hidup untuk bernafas lega dan tidak pula mati untuk beristirahat dari siksa.
Dalam Al-Qur’an aI-Karim terdapat berita tentang masuk-nya orang yang ingkar kepada Allah dan RasuI-Nya ke dalam Neraka seperti Sufyan bin Khalid yang melampaui batas dalam kemaksiatannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasuI-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api Neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisaa’: 14)
Lelaki berdosa Sufyan bin Khalid ini telah menempuh jalan orang-orang yang berbuat kejahatan, kezhaliman, keku-furan dan kemaksiatan. Kesalahannya telah mengubumya. Dia tergolong penghuni Neraka yang kekal, didalamnya bersama orang-orang yang kekal, yaitu mereka patut berhak menerima kalimat Rabb-mu yang benar lagi adil.
Di dalam hadits Nabawi yang mulia juga terdapat keterangan mengenai adzab bagi orang yang dibunuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau Nabi menyuruh orang untuk membunuhnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap orang yang dibunuh Nabi atau Nabi menyuruhnya untuk dibunuh dizamannya, dia akan diadzab sejak terbunuh, hingga ditiup sangkakala.”
Sumber: Orang-orang yang Divonis Masuk Neraka, Pustaka Darul Ilmi, Cetakan Pertama Sya’ban 1429 H/ Agustus 2008 M
Home »
KISAH ISLAMI
» Kisah Kaum Durhaka: Sufyan bin Khalid
0 komentar:
Posting Komentar